Rabu, 09 Mei 2012

7 MACAM MANUSIA YANG AKAN MENDAPAT NAUNGAN ALLAH SWT


 7  MACAM MANUSIA YANG AKAN MENDAPAT NAUNGAN ALLAH SWT


Abu Hurairah ra menuturkan, aku mendengar Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda, "Tujuh macam manusia yang akan mendapat naungan Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya. Mereka adalah pertama, seorang pemimpin yang adil, kedua, seorang pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah, ketiga, dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah, dan berpisah karena Allah, keempat, seseorang berdzikir kepada Allah dalam kesendirian dan kemudian bercucuran air matanya, kelima, seseorang yang hatinya tertambat pada masjid-masjid, keenam, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikannya (sedekahnya) itu hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan koleh tangan kanannnya, ketujuh, seseorang yang ketika dipanggil oleh seseorang wanita yang bermartabat dan cantik jelita, ia menjawab, "Sesungguhnya akut takut kepada Allah, Tuhan semesta alam".
Ketujuh macam orang itu, menurut para ulama, termasuk para penganut Ahlus Sunnah Wal Jamaah, dan yang dimaksud adalah bukan tujuh individu, melainkan tujuh golongan.
Adapun golongan pertama, adalah golongan pemimpn yang adil. Mereka itu adalah setiap orang yang berbuat adil terhadap orang-orang yang dipimpinnya, baik ia seorang pemimpin dalam arti umum - sebagaimana dikatakan Ibnu Taimiyah atau pun pemimpin dalam arti khusus.
Bahkan,menurut sebagian ulama, seorang guru yan berbuat adil terhadap murid-muridnya, misalnya kemudian ia menilai hasil ujian mereka dengan adil, maka ia termasuk orang yang adil, sebagaimana dimaksud oleh hadist ini.
Ketika seorang guru menguji murid-muridnya, misalnya kemudian ia menilai hasil ujian mereka dengan adil, maka ia termasuk orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak naungan lain selain naungan-Nya.
Sedangkan yang sayogyanya diperbuat oleh setiap mukmin adalah, berupaya semaksimal mungkin agar dirinya memilikisalah satu sifat dari ketujuh golongan ini. Atau, kalau bisa, hendaknya ia berusaha agar memiliki dua, atau tiga dari ketujuh sifat itu.
Dan, hal itu sangat mudah bagi siapa saja yang dimudahkan Allah. Bahkan, sangat ringan bagi siapa yang dirinya diringan Allah Ta'ala.
Terbukti, orang-orang mengakui Umar ibn Abdul Aziz ra, salah satu seorang Khalifah dari Bani Umawiyyah, sebagai orang yang pada dirinya terdapat beberapa sifat dari ketujuh golongan tadi. Diantaranya, pertama, ia adalah seorang pemuda yang tumbuh berkembang, atau menghabiskan masa mudanya dalam peribadahan kepada Allah, kedua, ia pemimpin yang adil, ketiga, hatinya selalu tertambat di masjid-masjid.Dengan demikian, sangat mungkin pula,ia termasuk orang yang senang berdzikir kepada Allah dalam kesendirian kemudian air matanya bercucuran. Bahkan, tidak berlebihan pula, bial ia diyakini sebagai seseorang yang mencintai kaumnya, karena Allah dan bersama-sama mereka dalam mencintai Allah.
Perkataan Rasulullah shalllahu alaihi wassalam, "Tujuh macam manusia yang akan mendapat naungan Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungn selain naungan-Nya", ini mengabarkan, bahwa pada hari kiamat kelak tidak ada tempat bernaung satupun, selain naungan Allah. Pada hari itu, juga tidak tempat teduh satupun, selain keteduhan yang diberikan Allah Ta'ala.
Begitulah, pada hari kiamat kelak tidak ada naungan, tak ada pohon, tak tempat berteduh, dan tak ada sesuatu pun yang bisa melindungi manusia dari sengatan terik matahari yang pada saat itu sangat dekat sekali dengan kepala seluruh manusia.
Al-Miqdad ibn al-Awwad mengatakan, "Aku mendengar Rasulullah shallahu alaihi wassalam mengatakan, "Matahari, pada hari kiamat kelak, akan sangat dekat dengan kepala manusia, dan bahkan, jarak antara matahari dan manusia saat itu, hanya satu mil saja. Miqdad berkata, "Demi Allah, aku tidak tahu, apakah yang dimaksud dengan satu mil itu adalah milnya alat celak mata, ataukah mil itu yang dimaksud berlaku umum?".
Disebutkan, pada hari itu Sang Maha Perkasa nampak dengan segala keagungannya dan kebesaran-Nya duduk di singgsana yang amat agung. Menurut sebuah riwayat, saat itu, singgasana Allah ini dipikul oleh delapan malaikat dan Allah berada diatasnya dengan segala keagungan, kebesaran, kemuliaan-Nya yang tiada bandingan sedikitpun. Semua itu tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Entah bagaimana, di mana, seperti apa, dan laksana apa? Yang jelas, Dia akan berahta di singgasana-Nya sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an.
Kemudian, dari atas singgasana-Nya itu, Allah akan menyeru dengan suara-Nya yang terdengar sama oleh mereka yang dekat dan mereka yang jauh. "Akulah Sang Raja Mahadiraja" - yang Mahasuci lagi Mahaagung.Dialah sang Raja, yakni sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur'an, "Yang menguasai Hari Pembelasan". (QS : al-Fatihah : 3). Artinya, tidak ada raja selain Dia.
Dalam sebuah hadist Qudsi, disebutkan Allah Ta'ala, berfirman : "Akulah Sang Raja, dimanakah raja-raja dunia?". Kemudian Dia mengulanginya lagi hingga tiga kali, "Akulah Sang Raja, dimanakah raja-raja dunia?".
Lalu Dia bertanya, "Milik siapakah kekuasaan pada hari ini? Milik siapakah kekuasaa hari ini? Miliki siapakah kekuasaan pada hari ini? Lantas, Allah menjawabnya sendiri seraya berkata, "Hanya kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan". (QS : Ghafir : 16)
Sesaat kemudian, Allah Ta'ala mengawali panggilannya. Dia berkata, "Mana orang-orang yang cinta-mencitai dalam kebesaran-Ku? Pada hari ini, aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku,sedang hari ini tidak ada naungan selain naungan-Ku".
Hadist ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Menurut riwayat ini, ketika seluruh manusia - dari sejak dahulu kala, hingga akhir zaman nanti - dikumpulkan menjadi satu, Allah aka menyeru mereka. Dia akan berkata, "Mana orang-orang saling mencintai dalam kebesaran-Ku? Pada hari ini, aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku. Maka, bangkitlah orang-orang itu menuju Allah Azza Wa Jalla. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar