Nasehat Lukman pada Anaknya (Berbakti
Pada Orang Tua)
Sabtu, 24 Maret 2012 14:00 Muhammad
Abduh Tuasikal Belajar
Islam
Allah Ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا
الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14).Perintah Bakti pada Orang Tua
Sebelumnya Lukman menyampaikan wasiat yang amat penting pada anaknya yaitu untuk mentauhidkan Allah dan tidak berbuat syirik kepada-Nya. Setelah itu, ia menggandengkan wasiat elanjutnya dengan bakti pada kedua orang tua. Ini menunjukkan berbakti pada orang tua adalah ibadah yang amat mulia karena digandengkan dengan amalan yang mulia yaitu tauhid dan menjauhi kesyirikan. Wasiat berbakti pada orang tua yang digandengkan dengan perintah untuk mentauhidkan Allah juga disebutkan dalam beberapa ayat di antaranya,
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا
إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya” (QS. Al Isro’: 23).
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak”
(QS. An Nisa’: 36).
قُلْ
تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ
عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan
atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak”
(QS. Al An’am: 151).Kesusahan Ibu Ketika Mengandung Kita
Disebutkan dalam ayat yang mulia ini bahwa ibu yang mengandung kita telah mengalami berbagai kesusahan. Allah Ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا
الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ
“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah” (QS. Lukman: 14). Inilah di antara
alasan kenapa kita mesti berbakti pada orang tua karena kesusahan
yang ia hadapi ketika mengandung kita (Lihat Taisir Al Karimir
Rahman, 648).Mujahid berkata bahwa yang dimaksud “وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ” adalah kesulitan ketika mengandung anak. Qotadah berkata bahwa yang dimaksud adalah ibu mengandung kita dengan penuh usaha keras. ‘Atho’ Al Khorosani berkata bahwa yang dimaksud adalah ibu mengandung kita dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 53).
Namun demikianlah kita jarang mengingat kesusahan ibu ketika mengandung kita. Jika kita mengingat demikian, tentu balas budi yang kita berikan pada ibu, bukan malah kedurhakaan, bukan malah suka membantah, dan bukan malah seringnya merendahkan ortu. Dan kita harus selalu ingat, bahwa ibu menyapih kita selama dua tahun, lalu pantaskah dengan kedurhakaan yang kita balas?
Ya Allah, ampunilah
dosa-dosa kami atas kedurhakaan kami selama ini.
Masa Minimal KehamilanDari ayat,
وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ
“Dan menyapihnya dalam dua tahun” (QS. Lukman: 14).
dan juga ayat lainnya,
وَالْوَالِدَاتُ
يُرْضِعْنَ أَوْلادَهُنَّ حَوْلَيْنِ
كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ
الرَّضَاعَةَ
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan” (QS. Al
Baqarah: 233), para ulama mengambil kesimpulan bahwa waktu
minimal ibu mengandung adalah 6 bulan. Demikian pendapat di antara
dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Hal ini
disimpulkan pula dari ayat lainnya,
وَحَمْلُهُ
وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا
“Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”
(QS. Al Ahqaf: 15). Karena kalau dihitung-hitung waktu total dari
mengandung sampai menyapih adalah 30 bulan. Dan waktu menyapih adalah
2 tahun, sama dengan 24 bulan. Dengan demikian waktu minimal seorang
ibu mengandung adalah 30 – 24 bulan, sama dengan 6 bulan.Bersyukurlah pada Kedua Orang Tua
Jika kita telah mengetahui bagaimana orang tua telah mengasuh kita dan bagaimana susahnya mereka siang dan malam, maka hendaklah kita sebagai seorang anak untuk berbuat baik dan membalas kebaikan kita. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَقُلْ
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي
صَغِيرًا
“Dan ucapkanlah: "Wahai Rabbku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"
(QS. Al Isro’: 24).Oleh karenanya dalam nasehat Lukman yang kita bahas, Allah Ta’ala berfirman,
أَنِ
اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ
الْمَصِيرُ
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14). Siapa yang
membalas kebaikan orang tua dengan berbuat baik padanya, maka Allah
pun akan membalasnya di hari kiamat kelak (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 11: 53-54).Syaikh As Sa’di berkata, “Hendaklah kita berbuat baik pada kedua orang tua dengan berkata yang lemah lembut, perbuatan yang baik, tawadhu’, selalu memuliakan mereka dan jangan sampai menyakiti mereka dengan perkataan atau perbuatan”. (Taisir Al Karimir Rahman, 648).
Bakti kepada Ibu Lebih Utama
Dari ayat yang kita bahas, menunjukkan bahwa bakti kepada ibu itu lebih utama. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
جَاءَ
رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -
صلى الله عليه
وسلم - فَقَالَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ
صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ
» . قَالَ
ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ
» . قَالَ
ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ
» . قَالَ
ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ
أَبُوكَ »
“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling
berhak aku berbuat baik?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia
berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk berbuat baik kepada kerabat dan ibu lebih utama dalam hal ini, kemudian setelah itu adalah ayah, kemudian setelah itu adalah anggota kerabat yang lainnya. Para ulama mengatakan bahwa ibu lebih diutamakan karena keletihan yang dia alami, curahan perhatiannya pada anak-anaknya, dan pengabdiannya. Terutama lagi ketika dia hamil, melahirkan (proses bersalin), ketika menyusui, dan juga tatkala mendidik anak-anaknya sampai dewasa” (Syarh Muslim, 8: 331).
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Referensi:
- Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsir Kalamil Manan, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, 1420 H.
- Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, 1421 H.
- Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Abu Zakariya Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392.
- Fiqh At Ta’amul Ma’al Walidain, Musthofa
Al ‘Adawi, terbitan Maktabah Makkah.
@ KSU, Riyadh, KSA, 1 Jumadil Ula 1433 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar