NASEHAT LUKMAN PADA ANAKNYA,(Jangan Bertingkah
Sombong )
Minggu, 20 Mei 2012 10:00 Muhammad
Abduh Tuasikal
Masih
melanjutkan nasehat Lukman pada anaknya. Dalam ayat selanjutnya,
Lukman mengajarkan bagaimanakah akhlak mulia jika seseorang
bercakap-cakap dengan yang lain, termasuk pula pada orang tua. Begitu
pula diajarkan agar tidak berperilaku sombong.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا
تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا
تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ
فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).
Ayat ini mengajarkan akhlak yang mulia yaitu bagaimana seorang
muslim sebaiknya bersikap ketika berbicara, di manakah pandangan
wajahnya. Dalam ayat ini diajarkan agar seorang muslim tidak bersikap
sombong. Inilah yang dinasehatkan Lukman pada anaknya.
Memalingkan Wajah Ketika Berbicara
Dalam ayat mulia di atas disebutkan,
وَلَا
تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia.”
Yang dimaksud adalah janganlah engkau memalingkan wajahmu ketika
sedang berbicara pada yang lain atau ada yang mengajak bicara. Ini
menunjukkan sifat sombong pada mereka. Ketika berbicara arahkanlah
wajahmu kepada lawan bicara. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
ولو
أن تلقى أخاك ووجهك إليه مُنْبَسِط، وإياك
وإسبال الإزار فإنها من المِخيلَة،
والمخيلة لا يحبها الله
“Jika engkau bertemu saudaramu, berwajahlah ceria di
hadapannya. Waspadalah dengan menjulurkan celana di bawah mata kaki
karena perbuatan tersebut termasuk kesombongan. Namanya sombong tidak
disukai oleh Allah.” (HR. Ahmad 5: 63).
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata mengenai
ayat tersebut, “Janganlah bersikap sombong sehingga membuatmu
meremehkan hamba Allah dan wajahmu malah berpaling ketika mereka
mengajakmu bicara.” Demikian diriwayatkan oleh Al ‘Aufi dan
‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas.
Zaid bin Aslam pun berkata yang serupa, “Janganlah
bercakap-cakap dengan yang lain dalam keadaan wajahmu berpaling dari
lawan bicaramu.” Demikian pula diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah,
Zaid bin Al Ashom, Abul Jauzaa’, Sa’id bin Jubair, Adh Dhohak,
Ibnu Yazid dan lainnya.
Ibrahim An Nakho’i berkata bahwa yang dimaksud adalah cara
berbicara yang keras.
Syaikh As Sa’di menjelaskan, “Janganlah berpaling atau bermuka
cemberut ketika bercakap-cakap dengan yang lain karena sombong dan
angkuh.”
Berjalan dengan Sombong
Dalam lanjutan ayat disebutkan,
وَلا
تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا
“dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.”
Maksud ayat ini adalah janganlah bersikap sombong dan angkuh.
Janganlah melakukan hal tersebut karena dibenci oleh Allah. Oleh
karenanya, Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ
فَخُورٍ
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri.”
Syaikh As Sa’di berkata mengenai ayat ini, “Yang dimaksud
adalah jangan bersikap sombong yaitu begitu bangga dengan nikmat dan
akhirnya lupa pada pemberi nikmat. Dan jangan pula merasa ujub
terhadap diri sendiri.”
Haramnya Isbal pada Pakaian
Adz Dzahabi berkata dalam Al Kabair mengenai
haramnya isbal. Beliau membawakan ayat,
وَلَا
تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”
(QS. Lukman: 18). Dan beliau menyertakan dengan hadits,
مَا
أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ
الإِزَارِ فَفِى النَّارِ
“Kain yang berada di bawah mata kaki tempatnya di neraka”
(HR. Bukhari no. 5787). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga bersabda,
لاَ
يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ
إِزَارَهُ بَطَرًا
“Allah tidak akan melihat (pada hari kiamat) orang yang
menjulurkan kainnya (di bawah mata kaki) dengan sombong” (HR.
Bukhari no. 5788 dan Muslim no. 2087). (Dinukil dari Tafsir Al Imam
Adz Dzahabi, 2: 602)
Berarti isbal itu terlarang lebih-lebih jika dengan sombong. Isbal
adalah menjulurkan kain celana atau sarung di bawah mata kaki.
Wasiat Lukman ini mengajarkan kita beberapa akhlak mulia. Ketika
berbicara dengan orang lain, hadapkanlah wajah kepada lawan bicara
dan jangan bersikap sombong. Dalam bersikap jangan terlalu angkuh,
sombong dan ujub. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang
demikian.
Ya Allah, anugerahkanlah pada kami akhlak yang mulia dan
jauhkanlah dari kami akhlak-akhlak tercela.
Semoga Allah memberi hidayah demi hidayah.
Referensi:
- Tafsir Al Imam Adz Dzahabi, Su’ud ‘Abdullah Al Fanisah, terbitan Maktabah Al ‘Ubaikan, cetakan pertama, 1424 H.
- Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, 1421 H.
- Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsir Kalamil Manan,
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar
Risalah, cetakan pertama, 1420 H.
@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 28 Jumadats Tsaniyah 1433 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar